Pencemaran Udara di Dalam Ruangan (indoor pollution )
Sebagaimana kita ketahui, udara kita sudah tidak perawan lagi, jauh ketika revolusi industri dimulai di Eropa sana beberapa abad silam. Dan saat ini kualitas udara diluar rumah kita yang sudah sangat mengkawatirkan, sangat pasti juga berlaku pada udara dalam ruangan kita. Jenis udara yang berada di dalam ruangan bangunan- bangunan seperti perumahan, sekolah, rumah sakit, sumur, tambang, perkantoran, dan lain- lain, semakin hari semakin tidak mendukung kehidupan sehat kita (?).
Sumber dan Jenis Pencemaran di Dalam Ruangan
Sumber dan jenis pencemar dari dalam ruang dibagi dalam 2 bagian:
- Pencemar yang dilepas dari bangunan dan isinya. Seperti asbestos, formaldehyde, senyawa organic mudah menguap (Volatile Organic Compounds= VOC), ozon.
Bahan Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
Asbestos
Asbes atau asbestos adalah sebutan yang diberikan kepada sekelompok mineral yang ada di alam yang bersifat kuat, berupa benang fiber yang halus. Benang fiber tersebut tidak dipengaruhi oleh panas atau pun zat kimia dan bukan penghantar listrik. Karena sifatnya yang tangguh tersebut, maka asbes banyak dipakai di banyak industri. Ada empat jenis asbes yang ada di pasaran. Yang paling banyak diperjualbelikan adalah chrysotile atau asbes putih. Kedua adalah asbes biru atau crocidolite, kemudian asbes coklat atau amosite, serta asbes abu-abu atau antophyllite. asbes dipakai untuk membangun gedung guna memperkuat semen, plastik untuk isolasi, genteng yang tahan api, dan untuk membuat ruangan yang sound proof. Asbes juga banyak dipakai di industri perkapalan, misalnya untuk membuat pipa uap, dan pipa untuk air panas. Industri otomotif memakainya untuk membuat rem dan kopling (Zubairi, 2002).
Benang asbes cenderung mudah patah, menjadi debu yang terdiri dari partikel-partikel halus, mengambang di permukaan air, dan lengket pada baju. Benang asbes yang patah tersebut mudah tertelan dan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Pertama, menyebabkan asbestosis, suatu penyakit paru menahun yang ditandai dengan sesak napas, batuk, batuk darah, nyeri dada, badan menjadi kurus, dan kerusakan paru menetap. Kedua, asbes dapat menyebabkan kanker paru, kanker mesotelioma (kanker pada diafragma, pembatas rongga dada, dan perut), kanker pada larynx dan oropharynx (tenggorokan), serta kanker pada saluran cerna dan ginjal (Zubairi, 2002).
Asap Rokok
Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel. Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium. Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik yaitu zat yang dapat menyebabkan kanker (Tjandra, 2003).
Dalam jumlah tertentu asap rokok ini sangat mengganggu bagi kesehatan, seperti: mata pedih, timbul gejala batuk, pernafasan terganggu, dan sebagainya (Pudjiastuti et al., 1998).
Senyawa Organik Volatil (VOC)
Volatile Organic Compounds (VOC) atau senyawa organik yang mudah menguap adalah senyawa organik dengan titik uap di dalam rentang 50-260°C. Di antara banyak senyawa yang dimasukkan ke dalam golongan VOC ini, EPA (Environmental Protection Agency) memasukkan sedikitnya 11 macam senyawa VOC yang patut diwaspadai. Senyawa-senyawa itu di antaranya adalah trichloroethylene, toluene, benzene, chloroform, tetrachloroethylene, 1,1,1 - trichloroethane, ethylbenzene, trans-1 ,2-dichloroethane, xylene, dichloromethane, and vinyl chloride. Semua elemen masyarakat ini bisa terpajan oleh VOC. Misalnya, siswa dapat menerima pajanan VOC dari correction pen yang digunakannya; ibu rumah tangga dapat terpajan VOC dari kosmetiknya; pekerja kantoran dapat terpajan dari correction pen, larutan pembersih kantor, pewangi ruangan, dan furnitur kantornya.
Beberapa senyawa organik volatil yang ditemukan di dalam ruangan telah menunjukkan adanya hubungan dengan sejumlah gej ala penyakit, diantaranya adalah sakit kepala, iritasi mata dan selaput lendir, iritasi sistem pernafasan, drowsiness (mulut kering), kelelahan, dan malaise umum. Aldehyde, dan mungkin banyak senyawa organik lainnya seperti alkohol dan hidrokarbon merupakan penyebab dari iritasi mata dan sistem pernafasan (Pudjiastuti et al., 1998).
Formaldehyde
Tumpukan kertas, karpet, serta aneka furniture yang memenuhi ruangan kantor diduga sebagai sumber utama penghasil formaldehid. Zat kimia yang mengandung karbondioksida ini memiliki potensi bahaya bagi kesehatan. Zat ini dapat menyebabkan gangguan mata, tenggorokan, dan organ dalam manusia.
Selain itu, formaldehyde merupakan molekul yang reaktif dan kovalen dengan protein serta formaldehyde dapat menimbulkan alergi dengan kontak dermatitis (Pudjiastuti et al., 1998).
Mikroorganisme
Muslimin (1995) menyatakan bahwa udara sebenarnya bukan merupakan habitat untuk mikroorganisme. Sel- sel mikroorganisme dalam udara bersama kontaminan bersama debu atau dengan tetesan ludah. Mikroorganisme yang banyak terdapat di udara adalah bakteri, dan jamur atau khamir. Mikroba tersebut ada di udara dalam bentuk vegetatif atau dalam bentuk generatif. Mikroorganisme yang berada di atmosfer merupakan spesies yang ada dari sumber dimana mikroorganisme tersebut sebelumnya. Mikroorganisme yang berasal dari tanah terbawa debu angin, demikian juga dengan mikroorganisme yang berasal dari perairan, mikroba terbawa tetesan air atau angin ke udara. Bakteri yang mampu hidup di lingkungan udara umumnya bakteri gram positif berbentuk batang berspora dan kokus, sedangkan bakteri dari lingkungan laut yang mampu berada di udara adalah bakteri gram negatif berbentuk batang, sebagian adalah yang membentuk spora.
Menurut Pudjiastuti, et al. (1998), mikroorganisme dalam ruangan dapat berasal dari lingkungan luar (seperti serbuk sari, jamur, dan spora) dan dapat pula berasal dari dalam ruang (seperti serangga, jamur pada ruang lembab, kutu binatang peliharaan, dan bakteri). Mikroorganisme dapat menyebabkan alergi pernafasan, seperti infeksi pernafasan, dan asma. Mikrooganisme yang tersebar bersama- sama dengan aeosol yang ada di udara dikenal dengan istilah bioaerosol. Dampak kesehatan dari bioaerosol, pada dasarnya berbeda-beda tergantung dari bahan- bahan kimia di dalamnya. Kebanyakan dari bioaerosol adalah non patogen dan hanya dirasakan oleh orang yang sensitif. Setiap mikroorganisme patogen, selalu dapat menulari hanya pada keadaan tertentu. Selain itu, tingkatan penyakit yang dihasilkan baik oleh saprofit atau patogen itu berbeda, tergantung dari masing- masing tipe partikel dan kebanyakan tidak diketahui.
Sumber- sumber mikroorganisme yang menyebabkan kualitas udara di dalam ruangan tercemar mikroorganisme adalah:
- Pemeriksaan berkala dari pembersihan sederhana pada komponen pemanas, ventilasi, AC (HVAC) ke replacement total pada keseluruhan sistem pemanas ruangan.
- Sistem pemanas udara yang terkontaminasi.
- Kelembaban yang terkontaminasi (Pudjiastuti et al., 1998).
Menurut Hariadi (1993), ada beberapa hal yang mempengaruhi tingkat kepadatan jasad renik yaitu bersifat meningkatkan pertumbuhan jasad renik antara lain ruang tertutup dan gelap, kelembaban udara, dan orang yang tinggal di tempat tersebut sedangkan yang bersifat mengurangi pertumbuhan jasad renik antara lain adanya sinar matahari, perputaran udara bebas dengan udara luar, pemberian sinar UV, tindakan aseptik setiap orang di dalamnya dan suhu udara.
Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang ada di udara sering diklasifikasikan sebagai penyakit yang menular lewat udara (airborne disease). Beberapa mikroba yang disebabkan airborne disease ditampilkan dalam tabel berikut ini.
Beberapa penyakit bawaan udara (airborne disease)
Jenis mikroba
|
Agent
|
Penyakit
|
Batang gram negatif | 1. Pseudomonas | Infeksi telingga yang berat, infeksi mata |
2. Salmonella dan Shigela, vibrio | Enteritis, enterokolitis | |
3. Klebsiella pneumoniae | Pnemonia | |
4. Proteus | Infeksi saluran kemih | |
5. Brucella | Bruselosis | |
6. Bordetella | Pertusis | |
7. Bakteriodes fragilis dan E. coli | Abses hati | |
8. Haemophilus | Epiglotitis, sinusitis, laringo trakheitis, otitis, meningitis | |
9. 9. Legionella | Legionnaire’s disease |
Batang gram positif | 1. Bacillus fragilis 2. Bacillus anthracis 3. Clostridium 4. Corynebacterium diphteriae 5. Mycobacterium tuberculosis | Kholesistis Antraks Diare Diphteri, infeksi kulit Tuberculosa |
Kokus gram positif | 1. Stafilokokus a. S. epidermidis b. S. saprophyticus c. S. aureus 2. Streptokokus a. Beta hemolitikus 1) S. pyogenes 2) S. agalactiae b. Alfa hemolitikus 1) S. pneumoniae | Bakteriemia Infeksi saluran kemih Infeksi luka, bisul, impetigo, osteomielitis, septikemia, pneumonia Tonsilitis, impetigo Sepsis pada neonatus Pneumonia, meningitis, septikemia |
Kokus gram negatif | 1. Neisseria meningitidis 2. Moraxella catarrhalis | Meningitis, septikemia Pneumonia |
Jamur | 1. Candida 2. Histoplasma capsulatum 3. Sporothrix schenckii | Endokarditis, infeksi mata, infeksi pada kulit, sariawan Pneumonia Infeksi granulomatosa menahun |
4. Aspergilus, Penicillium, Cladosporium | Mata gatal, gangguan saluran pernafasan, sakit kepala. |