Akibat yang Ditimbulkan Pencemaran Laut oleh Tumpahan Minyak
Sejalan dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi, kemudahan yang diperoleh manusia untuk mencapai suatu tujuan dengan melalui lautan dapat juga menimbulkan akibat-akibat yang merugikan lingkungan hidup di laut. Kenyataan itu bukan hanya disebabkan karena pelayaran oleh kapal-kapal yang semakin banyak tetapi juga kapal-kapal yang berlayar tersebut kurang memperhatikan aspek pencemaran yang diakibatkannya. Selain itu, kenyataan tersebut juga disebabkan karena pencemaran yang terjadi akibat eksplorasi dan eksploitasi minyak di lautan.
Dengan terjadinya tumpahan minyak di laut maka menimbulkan akibat langsung atau seketika maupun tidak langsung. Sebagai akibat langsung dari pencemaran itu adalah :
- Di bidang perikanan, hilangnya kesempatan nelayan untuk menangkap ikan.
- Rusaknya pertanian dan peternakan di laut, seperti pengambilan rumput laut dan ganggang laut, peternakan kerang, ikan, udang dan lain sebagainya.
- Matinya burung-burung laut terutama camar laut dan sebangsa bebek yang keracunan akibat makanan.
- Matinya binatang-binatang laut seperti elephansteal, singa laut dan binatang-binatang lainnya.
Laut ini memiliki luas 480 km (300 mil), meliputi daerah sekitar 610.000 km persegi (235.000 mil persegi). Titik terdalamnya ialah Palung Timor di utara laut ini, yang mencapai kedalaman 3.300 m (10.800 kaki). Bagian lainnya lebih dangkal, dengan rata-rata kedalaman yang kurang dari 200 m (650 kaki). Merupakan tempat utama untuk badai tropis dan topan. Sejumlah pulau terletak di laut ini, termasuk Pulau Melville di laut lepas pantai Australia dan Kepulauan Ashmore dan Cartier yang diperintah Australia. Diperkirakan penduduk asli Australia mencapai Australia dengan “loncatan pulau” menyeberangi Laut Timor.
Di dasar Laut Timor terdapat cadangan minyak dan gas dalam jumlah besar. Australia dan Timor Timur telah mengalami pertentangan panjang atas hak eksploitasi di daerah yang terkenal sebagai Celah Timor. Klaim wilayah Australia meluas ke sumbu batimetrik (garis kedalaman punggung laut terbesar) di Palung Timor. Ini melengkapi klaim territorial Timor Timur, yang mengikuti bekas koloninya Portugal dalam mengklaim bahwa garis yang membagi itu harus ditengah-tengah kedua negara.
Sekitar dua tahun yang lalu, masalah pencemaran laut akibat tumpahan minyak kembali terulang dalam perairan wilayah Indonesia. Tepatnya pada tanggal 21 Agustus 2009 sumur minyak Montara yang bersumber dari Ladang Montara (The Montara Well Head Platform) di Blok “West Atlas Laut Timor” perairan Australia bocor dan menumpahkan minyak jenis light crude oil, dengan kandungan sulfur 0,5 % hydrogen sulfide dan carbon dioxide, lebih rendah dari kandungan sulfur dalam sour crude oil. Kandungan tersebut sangat berbahaya bagi kehidupan keragaman hayati laut, terutama jika terdampar dipesisir. Ladang minyak Montara dioperasikan oleh PTT Public Company Limited (PTT PCL atau PTT).
Tumpahan minyak tersebut meluas hingga perairan Celah Timor (Timor Gap) yang merupakan perairan perbatasan antara Indonesia, Australia dan Timor Leste. Luas efek cemaran tumpahan minyak dari sumur yang terletak di Blok Atlas Barat Laut Timor tersebut sekitar 75 % masuk wilayah Indonesia, merugikan nelayan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di perairan Rote Ndao. Dampak tumpahan minyak mentah terhadap Perairan Indonesia akibat pencemaran di Laut Timor menimbulkan beberapa hal, yakni :
- Kerusakan Ekosistem Laut yang ada di Perairan Laut Indonesia
- Tumpahan minyak yang memasuki wilayah perairan Indonesia dari 30 Agustus s/d 3 Oktober 2009 seluas 16.420 km2.
- Adanya penurunan pendapatan nelayan dan petani rumput laut di sekitar pulau Timor dan Rote yang diakibatkan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan kegagalan panen rumput laut.
Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam rantai makanan. Kemudian fitoplankton dimakan zooplankton. Konsentrasi polutan dalam tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton karena zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai tropik level kedua. Ikan planktivores dimangsa ikan karnivores (pemakan ikan atau hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator sebagai tropik level tertinggi. Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling tinggi di antara seluruh organism laut. Kerang juga mengandung logam berat yang tinggi karena cara makannya dengan menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut tertelan.
Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang di air. Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Karena kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan. Makanan yang berasal dari daerah yang tercemar kemungkinan besar juga tercemar. Demikian juga makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar juga mengandung bahan polutan yang tinggi. Salah satu polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam berat.
Pada waktu minyak yang terkilang tinggi tumpah dipermukaan air bersih, minyak tersebut akan membentuk lensa yang tebalnya bergantung dari jenis minyak. Kecepatan penyebaran akan bergantung pada suhu udara dan laut, angin dan arus laut serta jenis minyak. Komponen minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung yang menyebabkan air laut berwarna hitam. Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit hitam pada pasir dan batuan-batuan di pantai. Komponen hidrokarbon yang bersifat toksin berpengaruh pada reproduksi, perkembangan, pertumbuhan dan perilaku biota laut terutama pada plankton bahkan dapat mematikan ikan dengan sendirinya dapat menurunkan produksi ikan. Proses emulfikasi merupakan sumber mortalitas bagi organism, terutama pada telur, larva dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar, akibatnya terjadi pencemaran minyak yang dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu :
- Akibat jangka pendek. Molekul hidrokarbon minyak dapat merusak membrane sel biota laut, mengakibatkan keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut kedalam sel. Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma dan berbau minyak, sehingga menurun mutunya oksigen, keracunan karbon dioksida dan keracunan langsung oleh bahan berbahaya.
- Akibat jangka panjang. Lebih banyak mengancam biota muda. Minyak dalam laut dapat termakan oleh biota laut, sebagian senyawa minyak dapat dikeluarkan bersama-sama makanan, sedang sebagian lagi dapat terakumulasi dalam senyawa lemak dan protein. Sifat akumulasi ini dapat dipindahkan dari organisma satu ke organisma yang lainnya melalui rantai makanan. Akumulasi minyak didalam zooplankton dapat berpindah ke ikan pemangsanya. Demikian seterusnya bila ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar, hewan-hewan laut lainnya atau dimakan oleh manusia.
Lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran gas dari atmosfer dan mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada tingkat yang tidak cukup untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob. Lapisan minyak yang tergenang tersebut juga akan mempengaruhi pertumbuhan rumput laut dan tumbuhan laut lainnya jika menempel pada permukaan daunnya, karena dapat mengganggu proses metabolisme pada tumbuhan tersebut seperti respirasi, selain itu juga akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam zona euphotik, sehingga rantai makanan yang berawal pada plankton akan terputus jika lapisan minyak tersebut tenggelam dan menutupi substrat selain akan mematikan organism benthos juga akan terjadi pembusukan akar pada tumbuhan yang ada di laut.
Pencemaran minyak juga akan merusak ekosistem mangrove. Minyak tersebut berpengaruh terhadap sistem pengakaran mangrove yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2, dimana akar tersebut akan tertutup minyak sehingga kadar oksigen dalam akar berkurang. Jika minyak mengendap dalam waktu yang cukup lama akan menyebabkan pembusukan pada akar mangrove yang mengakibatkan kematian pada tumbuhan mangrove tersebut. Tumpahan minyak juga aka menyebabkan kematian fauna-fauna yang hidup berasosiasi dengan hutan mangrove, seperti moluksa, kepiting, ikan , udang dan biota lainnya. Bukti-bukti dilapangan menunjukkan bahwa minyak yang terperangkap di dalam habitat berlumpur tetap mempunyai pengaruh racun selama 20 tahun setelah pencemaran terjadi.
Ekosistem terumbu karang juga tidak akan luput dari pengaruh pencemaran minyak. Jika terjadi kontak langsung antara minyak dan terumbu karang secara langsung maka akan terjadi kematian terumbu karang secara meluas. Akibat jangka panjang yang paling potensial dan paling berbahaya adalah jika minyak masuk ke dalam sedimen. Burung laut merupakan komponen kehidupan pantai yang langsung dapat dilihat dan sangat terpengaruh akibat tumpahan minyak.
Akibat yang paling nyata terhadap burung laut adalah terjadinya penyakit fisik. Minyak yang mengapung terutama sekali amat berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka berenang diatas permukaan air seperti burung camar. Tubuh burung akan tertutup oleh minyak kemudian dalam usaha membersihkan tubuh mereka dari minyak mereka biasa akan menjilat bulubulunya akibat mereka meminum banyak minyak dan akhirnya meracuni diri sendiri. Disamping itu dengan minyak yang menempel pada bulu burung makan burung akan kehilangan kemampuan untuk mengisolasi temperature sekitar, sehingga mengakibatkan hilangnya panas burung tersebut, yang terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan burung tersebut kehilangan nafsu makan dan penggunaan cadangan makanan dalam tubuhnya.
Peristiwa yang sangat besar akibatnya terhadap kehidupan burung laut adalah peristiwa pecahnya kepal tanki Torrey Canyon yang mengakibatkan matinya burung-burung laut sekitar 10.000 ekor di sepanjang pantai dan sekitar 30.000 tertutupi genangan minyak dipermukaan laut yang tercemar oleh minyak. World Health Organization (selanjutnya disebut WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan Food Agriculture Organization (selanjutnya disebut FAO) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak mengkonsumsi makanan laut yang tercemar logam berat. Logam berat telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat potensial dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan tidak sedikit yang menyebabkan kematian.