Faktor Lingkungan pada Demam Berdarah

Written By Lumajangtopic on Wednesday, October 10, 2012 | 12:40 AM

Hubungan Aspek Lingkungan pada Perkembangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi seluruh wilayah Republik Indonesia. Gambaran keadaan masyarakat Indonesia pada masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai Indonesia Sehat 2011. Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal Program Pemberantasan Penyakit menitik beratkan kegiatan pada upaya mencegah berjangkitnya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mengurangi akibat buruk dari penyakit menular maupun tidak menular.
Penyakit menular masih menjadi masalah prioritas dalam pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Dalam daftar SPM (SK MENKES No.145710 Oktober 2003) sejumlah penyakit menular dicantumkan sebagai masalah yang wajib menjadi prioritas oleh daerah. Masalah penyakit menular masih memprihatinkan, beberapa jenis penyakit bahkan menunjukkan kecenderungan meningkat dan belum berhasil diatasi seperti TB paru, malaria, dan demam berdarah. 
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ataupun Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) yang dapat bermanifestasi sebagai Dengue Shock Syndrome (DSS) merupakan suatu penyakit menular tidak langsung. Cara penularannya melalui vektor nyamuk Ae. aegypti dan Aedes albopictus. Berdasar pengalaman sampai saat ini, pada umumnya yang paling berperanan dalam penularan adalah Ae. aegypti, karena hidupnya di dalam dan disekitar rumah; sedangkan Aedes albopictus di kebun-kebun, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia.ii Penyakit DBD bersifat endemis, sering menyerang masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian yang cukup tinggi, khususnya pada mereka yang berusia dibawah 15 tahun dimana angka kesakitan dan kematian tersebut digunakan sebagai indikator dalam menilai hasil pembangunan kesehatan dan sebagai akibatnya angka kesakitan dan kematian nasional selalu tinggi. Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang cukup serius untuk diwaspadai, karena sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian pada banyak orang terutama anak-anak.

Di Indonesia, DBD cenderung semakin meningkat jumlah penderitanya dan semakin menyebar luas. Tahun 1968 penyakit ini baru terjangkit di Jakarta dan Surabaya. Dua puluh tahun kemudian, DBD telah menjangkiti 201 Dati II di seluruh Indonesia. Peningkatan jumlah penderita terjadi periodik setiap 5 tahun. Kejadian Luar Biasa terakhir pada tahun 1988 dengan jumlah penderita dirawat di rumah sakit 47.573 orang, dengan jumlah yang meninggal dunia 1.527 (CFR 3,2 %). Semula diperkirakan bahwa penyakit DBD hanya terjadi di daerah perkotaan saja tetapi ternyata dugaan tersebut salah, karena sekarang banyak ditemukan dipelosok pedesaan.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita serta semakin luas penyebaranya. Kondisi lingkungan yang buruk, genangan air yang tertampung dalam suatu wadah, tempat pemukiman yang padat khususnya daerah perkotaan, kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan khususnya untuk menguras bak mandi dan gerakan pemberantasan sarang nyamuk, adalah merupakan faktor pencetus berkembang biaknya nyamuk Ae. aegypti sebagai penyebab penyakit Demam Berdarah. Upaya–upaya pencegahan seperti Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Abatatisasi, dan Fogging, sudah sering dilakukan baik yang dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri ataupun oleh pihak instansi pemerintah, namun kenyataanya penyakit tersebut masih tetap muncul bahkan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Disamping itu juga diduga kuat ada pengaruh pada aspek lingkungan Fisik, lingkungan Biologi, lingkungan Sosial, Program, Regulasi, Tehnis Operasional, dan Peran Serta masyarakat dalam Program Pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue mulai dari Perencanaan (Planning) Pelaksanaan (Actuating) dan Monitoring (Controling ). Hal tersebut dapat dilihat dari input, proses, output dan outcamenya, sehingga identifikasi, analisis dan evaluasi yang menyangkut lingkungan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue menjadi sesuatu yang sangat penting.

Pengertian Penyakit Demam Berdarah Dengue
“Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae), lebam (ecchymosis), atau ruam (purpura), kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (shock)”. “Demam berdarah merupakan suatu penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk Ae. aegypti serta Aedes albopictus betina yang umumnya menyerang pada musim panas dan musim hujan”.

Demam Berdarah Dengue
Penyakit DBD adalah penyakit akibat infeksi dengan virus dengue pada manusia. Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue dan DBD. Penyakit demam berdarah dan terjadinya DBD dibagi menjadi 3 kelompok 2005 yaitu : 
1. Virus Dengue
Virus dengue termasuk famili Flaviviridae, yang berukuran kecil sekali + 35-45 nm. Virus dapat tetap hidup (survive) di alam melalui dua mekanisme. Mekanisme pertama, transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk. Virus ditularkan oleh nyamuk betina pada telurnya, yang nantinya menjadi nyamuk dewasa. Virus juga dapat ditularkan dari nyamuk jantan pada nyamuk betina melalui kontak seksual. Mekanisme kedua, transmisi virus dari nyamuk ke dalam tubuh makhluk Vertebrata dan sebaliknya.

2. Virus Dengue dalam Tubuh Nyamuk
Virus dengue didapatkan nyamuk Aedes pada saat melakukan gigitan pada manusia (vertebrata) yang sedang mengandung virus dengue dalam darahnya (viraemia). Virus yang sampai ke dalam lambung nyamuk akan mengalami replikasi (membelah diri atau berkembang biak), kemudian akan migrasi yang akhirnya akan sampai di kelenjar ludah.

3. Virus Dengue dalam Tubuh Manusia
Virus dengue memasuki tubuh manusia melalui proses gigitan nyamuk yang menembus kulit. Setelah nyamuk mengigit manusia disusul oleh periode tenang + 4 hari, virus melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh manusia virus akan memasuki sirkulasi darah (viraemia) apabila jumlah virus sudah cukup, dan manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala panas. Tubuh memberi reaksi setelah adanya virus dengue dalam tubuh manusia. Bentuk reaksi terhadap virus antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dapat berbeda dan akan memanifestasikan perbedaan penampilan gejala klinis dan perjalanan penyakit.
Demam dengue ditandai oleh gejala-gejala klinik berupa demam, nyeri pada seluruh tubuh, ruam dan perdarahan. Gejala-gejala tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Demam
Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue timbulnya mendadak, tinggi (dapat mencapai 39-40 oC) dan dapat disertai dengan menggigil. Demam hanya berlangsung untuk 5-7 hari. Pada saat demamnya berakhir, sering kali dalam turunnya suhu badan secara tibatiba (lysis), disertai dengan berkeringat banyak, dimana anak tampak agak loyo. Demam ini dikenal juga dengan istilah demam biphasik, yaitu demam yang berlangsung selama beberapa hari sempat turun ditengahnya menjadi normal kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh.

2. Nyeri seluruh tubuh
Dengan timbulnya gejala panas pada penderita infeksi virus dengue, maka disusul dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya yang dikeluhkan berupa nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung, nyeri ulu hati dan nyeri pada bola mata yang semakin meningkat apabila digerakkan. Gejala nyeri yang timbul dalam kalangan masyarakat awam di sebut dengan istilah flu tulang.

3. Ruam
Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue dapat timbul pada saat awal panas yang berupa ~flushing~ yaitu berupa kemerahan pada daerah muka, leher dan dada. Ruam juga dapat timbul pada hari ke-4 sakit berupa bercak-bercak merah kecil, seperti : bercak pada penyakit campak.
4. Perdarahan
Infeksi virus dengue terutama pada bentuk klinis demam berdarah dengue selalu disertai dengan tanda perdarahan. Tanda perdarahan tidak selalu didapat secara spontan oleh penderita, bahkan pada sebagian besar penderita tanda perdarahan muncul setelah dilakukan test tourniquet.


Distribusi Penderita Demam Berdarah Dengue
Distribusi penderita DBD menurut Suroso (1986), dapat digolongkan menjadi :
1. Distribusi menurut umur, jenis kelamin dan ras :
Berdasarkan data kejadian DBD yang dikumpulkan di Ditjen PPM & PLP dari tahun 1968 – 1984 menunjukkan bahwa 90% kejadian DBD terdiri dari anak berusia kurang daria 15 tahun. Ratio perempuan dan laki-laki adalah 1,34 : 1. Data penderitaan klinis DHF/DSS yang dikumpulkan di seluruh Indonesia tahun 1968 – 1973 menunjukkan 88% jumlah penderita yang dilaporkan adalah anak-anak di bawah 15 tahun. Faktor ras pada penderita demam berdarah di Indonesia belum jelas pengaruhnya.
2. Distribusi menurut waktu :
Dari data-data penderita klinis DBD/DSS 1975 – 1981 yang dilaporkan di Indonesia diperoleh bahwa musim penularan demam berdarah pada umumnya terjadi pada awal musim hujan (permulaan tahun dan akhir tahun). Hal ini dikarenakan pada musim hujan vektor penyakit demam berdarah populasinya meningkat dengan bertambah banyaknya sarangsarang nyamuk diluar rumah sebagai akibat sanitasi lingkungan yang kurang bersih, sedang pada musim kemarau Ae. aegypti bersarang di bejana-bejana yang selalu terisi air seperti bak mandi, tempayan, drum dan penampungan air.
3. Distribusi menurut tempat
Daerah yang terjangkit demam berdarah pada umumnya adalah kota/wilayah yang padat penduduknya. Hal ini disebabkan di kota atau wilayah yang padat penduduk rumah-rumahnya saling berdekatan, sehingga lebih memungkinkan penularan penyakit demam berdarah mengingat jarak terbang Ae. aegypti 100m. Di Indonesia daerah yang terjangkit terutama kota, tetapi sejak tahun 1975 penyakit ini juga terjangkit di daerah sub urban maupun desa yang padat penduduknya dan mobilitas tinggi.
 
berita unik