Penyakit Zoonotik Bersumber Rodensia

Written By Lumajangtopic on Thursday, April 11, 2013 | 6:32 PM

Persepsi Masyarakat terhadap Penyakit Zoonotik Bersumber Rodensia

Penyakit zoonotik bersumber rodensia terutama penyakit infeksi hantavirus masih kurang mendapat perhatian dan dilaporkan. Penyakit infeksi hantavirus dikenal dengan penyakit demam berdarah dengan sindrom renal (Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome/HFRS). Penyakit ini disebabkan oleh beberapa spesies virus dari genus Hantavirus. Salah satunya yang dikenal dengan demam Korea disebabkan oleh virus Hantaan. Penyakit ini mulai mendapat perhatian pada waktu terjadi wabah di kalangan pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Korea pada tahun 1951 (Chan, 1987). Angka kematian akibat virus Hantaan berkisar antara 5%-15% (WHO, 1982). Virus tersebut dapat diisolasi dan ditemukan di daerah wabah yang kemudian dikenal sebagai virus Hantaan sesuai dengan nama sungai yang terdapat di an tara Korea Utara dan Korea Selatan.

Hantavirus ditularkan ke manusia melalui udara yang terkontaminasi dengan urin atau feses tikus yang infektif (Tsai, 1987). Sedangkan penyebaran tikus yang terinfeksi oleh virus tersebut dapat terjadi melalui kapal (Le Due, 1987: Chan, 1987). Di Indonesia epidemiologi penyakit yang disebabkan virus ini belum banyak diketahui. Beberapa laporan seropositif terhadap kelompok virus ini pada manusia dan hewan pernah dipublikasikan (Ibrahim et. al., 1996, Ima Nurisa,1998). Sedangkan kasus klinis pada manusia belum pernah dilaporkan. Mengingat bahwa ditinjau dari segi kesehatan pelabuhan dapat merupakan gerbang penularan penyakit an tar daerah, pulau dan negara. Sedangkan penyakit bersumber rodensia yang dapat masuk melalui pelabuhan sering terlupakan. Sementara kota dengan pelabuhan umumnya berkembang menjadi kota besar dan merupakan daerah pemukiman padat penduduk sehingga mUlU sanitasi sukar dipertahankan. Keadaan semaearn ini dapat menimbulkan tempat yang memungkinkan rodensia hidup berkembang biak dan berkontak dengan manusia.

Pengetahuan tentang penyakit-penyakit yang ada kaitan atau ditimbulkan oleh rodensia akan rendah sehingga persepsi terhadap penyakit tersebut salah. Menurut sejumlah responden yang diambil dari salah satu penelitian , penyakit yang ditimbulkan oleh tikus adalah typhus dan sebagian lagi (20,3%) menjawab pes dan 24,4% tidak tahu sama sekali atau tidak dapat memberikan jawaban. Melihat gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa mereka umumnya masih awam tentang penyakit-penyakit bersumber rodensia.


Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit kadang kala berbeda dengan konsepsi menurut ilmu kesehatan. Menurut sebagian besar responden diatas, penyakit yang berhubungan dengan atau ditimbulkan oleh tikus adalah typus (sakit perut). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan penduduk di daerab penelitian tentang penyakit yang ditimbulkan oleh rodensia kurang benar atau persepsi mereka terhadap penyakit tersebut salah. Hal itu boleh jadi karena tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah ditunjang pula kurangnya mendapatkan informasi tentang penyakit yang dapat ditimbulkan oleh tikus seperti infeksi han-tavirus.

Selain itu persepsi masyarakat yang keliru terhadap penyakit biasanya diperoleh berdasarkan turun temurun yang kadang kala tidak rasional secara medis. Adanya persepsi yang salah dari masyarakat tentang penyakit infeksi hantavirus atau kejadian penyakit yang ditimbulkan oleh rodensia akan merupakan hambatan dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersangkutan. Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit tergantung dari macam penyakit, daerah dimana masyarakat tinggal, tingkat pendidikan, pengetahuan dan lain-lain. Bisa juga berbagai faktor yang melatarbelakangi persepsi disamping faktor pengetahuan juga faktor pengalaman orang yang bersangkutan dari masa lalu tentang penyakit tersebut. Pada dasarnya persepsi juga merupakan proses pengenalan, evaluasi, maupun pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Kesan yang muncul apakah positip atau negatip akan tergantung pada pengalaman yang diperoleh melalui proses berfikir dan belajar. Selain itu lingkungan sosial ikut berperan di dalam membentuk persepsi seseorang atau masyarakat terhadap suatu penyakit yang dalam hal ini berupa saluran pengaruh baik berupa orang / kelompok masyarakat ataupun media masa. Dengan kata lain informasi baik dari saluran pengaruh yang dapat berupa orang lain ataupun media masa ikut berperan menemukan atau membentuk persepsi seseorang terhadap suatu penyakit.

Persepsi masyarakat tentang penyakit jelas berbeda dengan konsepsi kesehatan modern. Persepsi masyarakat tentang penyakit pada dasarnya bagaimana pandangan individu memberikan penilaian terhadap kejadian atau berat ringannya seseorang terserang penyakit tersebut, dengan kemungkinan resiko yang dirasakan atau tidak melakukan upaya pencegahan dengan manfaat yang dirasakan atau tidak melakukan suatu upaya karena penyakitnya masih dianggap ringan misalnya masih bisa bekerja, padahal orang bersangkutan baik secara medis maupun klinis positip sakit (Fogus and Melamed, 1967).

Bisa jadi pengetahuan seseorang tentang penyakit diperoleh dari pendidikan baik formal maupun informal. Pendidikan dan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan khususnya penyakit yang berhubungan dengan rodensia masih rendah, maka penduduk kurang mampu untuk mengerti dan memahami akan makna lingkungannya yang sebenarnya. Pengertian lingkungan yang mereka pahami sebagian besar hanya berdasarkan atas apa yang dilihat dan dirasakan. Masyarakat dapat menerima dan mengerti bahwa lingkungan itu hanya terdiri dari udara, air, tanah, binatang, tanaman dan lainlain. Mereka memahami adanya berbagai jenis binatang dan tanaman dan diantaranya ada yang merugikan serta dapat digunakan untuk kehidupan. Namun masyarakat belum mengenal adanya berbagai ornganisme penyebab penyakit seperti bakteri, virus dan parasit yang menyebabkan terjadinya penyakit. Tanpa disadari oleh penduduk sendiri sikap dan perilaku mereka sudah mengarah pada upaya pencegahan penyakit infeksi hantavirus yang ditimbulkan oleh rodensia (tikus) walaupun belum seluruh penduduk melakukannya, Ada upaya-upaya penduduk membasmi tikus yang berada disekeliling tempat tinggal mereka baik dengan cara menggunakan racun dan ataupun jebakan.

Sikap dan atau tindakan yang dilakukan penduduk tersebut adalah tidak disengaja dapat mencegah atau mengurangi penularan penyakit khususnya yang bersumber dari rodensia seperti penyakit infeksi hantavirus. Penanganan terhadap sampah atau limbah rumah tangga yang dilakukan penduduk umumnya cukup baik. Umumnya sampah sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir ditampung terlebih dahulu dengan menggunakan bak atau plastik. Sebagian lagi dari sejumlah respond en membuang sampah masih kurang benar dalam arti memenuhi persyaratan kesehatan karena sampah dibuang di halaman atau selokan. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negatif terhadap kondisi lingkungan. Hal ini menimbulkan pencemaran dan menjadi tempat yang cocok bagi binatang pengerat terutama tikus dan hewan reservoir lainnya yang mencari mencari sisa makanan dan ber-kembang biak dengan cepat sehingga menim-bulkan berbagai penyakit yang mengganggu kesehatan yang ditimbulkan oleh hewan-hewan tersebut. Menurut Kalangie, S. Nico (1982), kegiatan-kegiatan atau gejala-gejala yang secara tidak sadar atau tidak disengaja membawa manfaat bagi kesehatan baik individu maupun kelompok dan ini merupakan realitas budaya.
 
berita unik