Chikungunya merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang bersifat self limiting diseases, tidak menyebabkan kematian dan diikuti dengan adanya imunitas didalam tubuh penderita, tetapi serangan kedua kalinya belum diketahui. Penyakit ini cenderung menimbulkan kejadian luar biasa pada sebuah wilayah.
Gambaran Klinis
Gejala utama Chikungunya antara lain demam mendadak, nyeri pada persendian dan ruam makulopapuler (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit yang kadang-kadang disertai dengan gatal. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada konjunktiva, pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher, mual, muntah. Pada anak-anak sering tidak menampakkan gejala yang khas. Pada beberapa penderita mengeluh nyeri di belakang bola mata dan bisa terlihat mata kemerahan dan mata berair.
Demam tinggi, timbul mendadak disertai mengigil dan muka kemerahan. Demam bisa bertahan selama 2-4 hari. Pada anak dapat timbul kejang demam, kadang-kadang disertai penurunan kesadaran. Kejang demam tersebut bukan akibat langsung dari infeksi virus, terbukti dari pemeriksaan cairan spinal (cerebro spinal) tidak ditemukan kelainan biokimia dan kelainan jumlah sel.
Nyeri sendi biasanya terlokalisir pada sendi besar, terutama sendi lutut dan tulang belakang, tetapi bisa juga terjadi pada beberapa sendi kecil terutama sendi pergelangan kaki, pergelangan tangan, jari kaki dan jari tangan. Sendi yang nyeri tidak bengkak, tetapi teraba lebih lunak. Pada pemeriksaan sendi tidak terlihat tanda-tanda pengumpulan cairan sendi. Nyeri sendi sering merupakan keluhan pertama sebelum keluhan demam dan dapat bermanifestasi berat, sehingga kadang-kadang penderita memerlukan ”kursi roda” saat berobat ke fasilitas kesehatan. Pada posisi berbaring biasanya penderita miring dengan lutut menekuk dan berusaha membatasi gerakan. Nyeri sendi terutama banyak dialami oleh wanita dewasa.
Nyeri otot bisa terjadi pada seluruh otot atau hanya pada otot daerah kepala dan bahu. Kadang¬kadang terjadi pembengkakan otot sekitar mata kaki. Sakit kepala sering terjadi, tetapi tidak terlalu berat. Ruam di kulit bisa terjadi pada muka, badan, tangan, dan kaki, tetapi bisa terjadi pada seluruh tubuh berbentuk makulo-papular. Ruam mulai timbul 1-10 hari setelah nyeri sendi. Ruam bertahan 7-10 hari, diikuti dengan deskuamasi kulit. Kadang-kadang ditemukan perdarahan pada gusi. Di India, ditemukan perdarahan gusi pada 5 anak di antara 70 anak yang diobservasi.
Etiologi
Agent (virus penyebab) adalah virus chikungunya, genus alphavirus atau “group A” antrophod¬borne viruses (alphavirus), famili Togaviridae. Virus ini telah berhasil diisolasi di berbagai daerah di Indonesia.
Vektor utama penyakit ini sama dengan penyakit Demam Berdarah Dengue, yaitu nyamuk Aedes sp. Nyamuk lain mungkin bisa berperan sebagai vektor namun perlu penelitian lebih lanjut.
Masa Inkubasi Masa inkubasi antara 2-12 hari, tetapi pada umumnya 3-7 hari
Sumber dan Cara Penularan
Penularan demam chik terjadi apabila penderita yang sakit (dalam keadaan viremia) digigit oleh nyamuk penular Aedes sp, kemudian nyamuk tersebut menggigit orang lain. Biasanya penularan terjadi dalam satu rumah, tetangga, dan dengan cepat menyebar ke satu wilayah.
Pengobatan
Pengobatan bersifat simptomatis menurunkan demam dan mengurangi rasa nyeri dengan obat analgetik-antipiretik, beristirahat selama demam dan nyeri sendi akut. Makanan seperti biasa, tidak ada pantangan.
Epidemiologi
KLB chikungunya pertama kali
dilaporkan di Tanzania pada tahun 1952, Uganda tahun 1963, Sinegal tahun 1967,
1975 dan 1983, Angola tahun 1972, Afrika Selatan tahun 1976, Zaire dan Zambia
di Afrika Tengah pada tahun 1978-1979. Pada tahun 1950 mulai menyebar ke
wilayah Asia yaitu India, Filipina, Thailand, Myanmar, Vietnam.
Kejadian luar biasa pernah terjadi
di Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999), Aceh (2000). Pada tahun 2010 KLB
Chikungunya terjadi di NAD, Sumatera Selatan, Babel, Lampung, Banten, DKI
Jakarta, Jawa Barat, DI Yogya, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Bali.
Saat ini hampir seluruh wilayah di Indonesia potensial untuk timbulnya KLB
chikungunya.
Penyebaran penyakit chikungunya di
Indonesia terjadi pada daerah endemis penyakit demam berdarah dengue. KLB
sering terjadi pada awal dan akhir musim hujan. Banyaknya tempat perindukan
nyamuk sering berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit chikungunya.
Berdasarkan data yang ada chikungunya lebih sering terjadi didaerah sub urban.
Kejadian Luar Biasa
Definisi Operasional KLB Chikungunya
adalah ditemukan lebih dari satu penderita Chikungunya di suatu desa/kelurahan
yang sebelumnya tidak pernah ditemukan penderita. (Pedoman Pengendalian
Chikungunya, Kemkes, 2007)
Penanggulangan KLB Demam Chik
terutama diarahkan pada upaya pemutusan mata rantai penularan
kasus-nyamuk-orang sehat. Pengobatan bersifat simptomatis. Upaya pencegahan
terutama diarahkan pada pencegahan terjadinya KLB di daerah berbatasan atau
penyebaran daerah yang mempunyai frekuensi transportasi yang tinggi.
Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan
terhadap dugaan penderita demam chik, terutama apabila memiliki gejala demam
mendadak, nyeri sendi, dan ruam. Adanya KLB demam chik sering rancu dengan
adanya KLB demam dengue, demam berdarah dengue, dan campak, oleh karena itu
disamping distribusi gejala dan tanda-tanda dari sekelompok penderita yang
dicurigai, diagnosis dapat didukung pemeriksaan serologis dengan metode Elisa
atau Rapid Diagnostic Test (RDT) pada sebagian penderita. Secara operasional
sebaiknya hanya diambil pada 10-25 penderita dengan gejala demam mendadak,
nyeri sendi dan ruam. Tatacara pengambilan dan pengiriman spesimen demam chik
adalah sebagai berikut:
- Sampel adalah serum darah sebanyak 5-7 cc yang diambil dari penderita akut.
- Sampel disimpan dan dikirim selalu berada pada suhu 4-8 °C, sehingga pengiriman harus menggunakan termos dingin. Identitas dan data pendukung perlu dilampirkan dengan cermat berupa nama penderita, tanggal mulai sakit, tanggal pengambilan spesimen, umur, jenis kelamin, alamat dan gejala gejala yang timbul (demam, nyeri sendi, ruam, mimisan, batuk darah, berak darah, dan syok) serta nama, alamat, telepon dan faksimili pengirim spesi men.
- Pemeriksaan dapat dilakukan di Bagian Virologi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat atau di Laboratorium Kesehatan Daerah yang telah mampu melakukan pemeriksaan.
- Hasil pemeriksaan laboratorium dikirimkan kepada pengirim.
- Laporan penyelidikan epidemiologi sebaiknya dapat menjelaskan hal-hal berikut:
- Diagnosis KLB,
- Penyebaran kasus menurut waktu (minggu), wilayah geografi (RT/RW, desa dan Kecamatan), umur dan faktor lainnya yang diperlukan, misalnya sekolah, tempat kerja dan sebagainya.
- Gambaran besar masalah keberadaan nyamuk dan jentik Aedes
- Status KLB pada saat penyelidikan epidemiologi dilaksanakan serta perkiraan peningkatan dan penyebaran KLB.
- Faktor-faktor risiko lain yang berkontribusi terhadap timbulnya KLB
- Rencana upaya penanggulangannya.
Upaya Penanggulangan
Penanggulangan KLB dilaksanakan
terhadap 3 kegiatan utama, penyelidikan KLB, upaya pengobatan dan upaya
pencegahan KLB serta penegakan sistem surveilans ketat selama periode KLB.
Demam chik belum ditemukan obat,
tetapi dapat sembuh sendiri sehingga pengobatan bersifat simptomatis dengan
pemberian obat penurun panas dan mengurangi nyeri, dan beristirahat selama fase
akut, serta pada umumnya tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.
Untuk memutus mata rantai penularan
kasus-nyamuk-orang lain perlu dilakukan tindakan sama dengan upaya
pemberantasan KLB DBD yaitu, gerakan pemberantasan sarang nyamuk, pemberian
larvasida, memelihara ikan pemakan jentik, perlindungan diri menggunakan
repelen, obat nyamuk bakar dan sejenisnya, penggunaan kelambu serta isolasi
penderita agar tidak digigit nyamuk. Pada daerah KLB dapat dilakukan pengasapan
(fogging) untuk membunuh nyamuk dewasa terinfeksi yang dilakukan pada wilayah
KLB sebanyak 2 kali pengasapan dengan interval satu minggu.
Surveilans ketat pada KLB
Perkembangan kasus dan kematian
setiap hari disampaikan ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Dilakukan analisis
mingguan terhadap perkembangan kasus dan kematian.
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Pemantauan kemungkinan terjadinya
KLB demam chik dilaksanakan oleh setiap unit pelayanan kesehatan dan
masyarakat, baik terhadap penderita maupun pemantauan jentik berkala.
Intensifikasi pemantauan kemungkinan terjadinya KLB demam chik ini sangat
bergantung pada adanya peringatan kewaspadaan KLB yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan.
SKD-KLB demam chik oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan
terutama berdasarkan data dan informasi adanya peningkatan serangan KLB demam
chik yang diperoleh dari laporan. Adanya peningkatan frekuensi serangan KLB demam
chik disuatu wilayah mendorong Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan
Provinsi dan Departemen Kesehatan untuk mengeluarkan edaran peringatan
kewaspadaan KLB demam chik agar semua unit kesehatan dan masyarakat
meningkatkan kewaspadaan, terutama melakukan upaya-upaya pencegahan yang
memadai.
SKD-KLB demam chik juga berdasarkan
data curah hujan serta perkembangan nyamuk melalui pemantauan jentik berkala.
Pemantauan jentik berkala sebaiknya wajib dilaksanakan di tempat-tempat umum,
seperti sekolah, masjid, pasar, gedung pertemuan, dan sebagainya. SKD-KLB demam
chik dilaksanakan bersamaan dengan SKD-KLB DBD.
Sumber : Buku Pedoman Penyelidikan
Dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracu nan Pangan
(Pedoman Epidemiologi Penyakit) Edisi Revisi Tahun 2011 Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2011