Bakteri Coliform dan E. coli

Written By Lumajangtopic on Sunday, December 23, 2012 | 3:14 PM

Media, Prosedur, dan Perhitungan pada Pemeriksaan Bakteri Coliform dan E. Coli

Persyaratan kualitas air minum (air yang aman untuk dikonsumsi langsung), termasuk DAMIU, diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002, sedangkan persyaratan air minum dalam kemasan diatur sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor SNI-0l-3553-1996. Salah satu standar yang dipersyaratkan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan tersebut,  persyaratan total coliform per 100 ml air minum adalah 0 (Anonim, 2002).

Berikut diuraikan tentang bakteri coliform dan E Coli beserta prosedur pemeriksaannya.

Golongan bakteri coli, merupakan jasad indikator di dalam substrat air, bahan makanan dan sebagainya untuk kehadiran jasad berbahaya yang mempunyai persamaan sifat: Gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora dan mampu memfermentasikan kaldu laktosa pada temperatur 370C dengan membentuk asam dan gas di dalam 48 jam (Suriawiria, 1996).

Bakteri Coliform berdasarkan asal dan sifatnya dibagi menjadi dua golongan :
  1. Coliform fekal, seperti Escherichia coli yang betul-betul berasal dari tinja manusia.
  2. Coliform non fekal, seperti aerobacter dan Klebsiella yang bukan berasal dari tinja manusia tetapi biasanya berasal dari hewan atau tanaman yang telah mati (Suriawiria, 1996).
Sedangkan sifat-sifat “Coliform Bacteria” yang penting adalah :
  1. Mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat mempergunakan berbagai jenis karbohidrat dan komponen organik lain sebagai sumber energi dan beberapa komponen nitrogen sederhana sebagai sumber nitrogen.
  2. Mempunyai sifat dapat mensistesa vitamin.
  3. Mempunyai interval suhu pertumbuhan antara 10-46,50C.
  4. Mampu menghasilkan asam dan gas gula.
  5. Dapat menghilangkan rasa pada bahan pangan.
  6. Pseudomonas aerogenes dapat menyebabkan pelendiran (Suriawiria, 1996).
Bakteri Escherichia coli

Escherichia coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus, misalnya diare pada anak, seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain di luar usus. Jenis Escherichia coli terdiri dari 2 species yaitu: Escherichia coli dan Escherichia hermanis (Anonim, 1991).

Escherichia coli sebagai salah satu contoh terkenal mempunyai beberapa spesies hidup di dalam saluran pencernaan makanan manusia dan hewan berdarah panas. Escherichia coli mula-mula diisolasi oleh Escherich (1885) dari tinja bayi. Sejak diketahui bahwa jasad tersebut tersebar pada semua individu, maka analisis bakteriologi air minum ditujukan pada semua individu, maka analisis bakteriologi air minum ditujukan kepada kehadiran jasad tersebut (Suriawiria, 1996).

Medium Pertumbuhan
  1. Media LB (Lactose Broth): Media yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kehadiran bakteri coliform (bakteri Gram negatif) berdasarkan terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif coliform jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham.
  2. Media BGLB (Brilliant Green Bile Broth): Media yang digunakan untuk mendeteksi bakteri coliform (Gram negatif) di dalam air, makanan, dan produk lainnya. Media ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan menggiatkan pertumbuhan bakteri coliform. Ada atau tidaknya bakteri coliform ditandai dengan terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coli (fardias, 1989).

Supaya mikrobia dapat tumbuh dengan baik dalam suatu medium, perlu dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
  1. Mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh bakteri
  2. Mempunyai tekanan osmose, tegangan muka dan pH yang sesuai
  3. Tidak mengandung zat-zat penghambat
  4. Harus steril (Harijoto dan Widjowati, 1977).
Medium pada umumnya terdiri atas bahan-bahan sebagai berikut :
  1. Air: Air mutlak perlu untuk kegiatan sel hidup, karena merupakan penyusun utama sel. Fungsi air yang lain adalah sebagai sumber oksigen dan pelarut. Air kran dapat mengandung garam kalsium atau magnesium yang dapat bereaksi dengan fosfat yang ada di dalam pepton, ekstrak daging dan bahan- bahan lain dalam medium, dan membentuk garam fosfat yang tidak larut. Garam fosfat yang tidak larut ini akan mengendap setelah disterilisasi, karena itu untuk pembuatan media digunakan air suling.
  2. Pepton : Pepton merupakan bentuk hasil antara hidrolisa protein alam oleh enzim proteolitik, misalnya tripsin, papain, dan lain- lain. Fungsi yang terpenting dari pepton dalam medium adalah sebagai sumber nitrogen, juga karena asam amino merupakan senyawa yang bersifat amfoter. Pepton juga merupakan sumber buffer yang baik.
  3. Ekstrak daging: Fungsi ekstrak daging adalah memberi substansi tertentu yang dapat merangsang aktivitas bakteri, yaitu enzim yang dapat mepercepat pertumbuhan bakteri.
  4. Agar: Agar berguna sebagai bahan pemadat medium.
  5. Natrium klorida (garam): Garam biasanya ditumbuhkan ke dalam media untuk menaikkan tekanan osmose, meskipun biasanya tidak perlu ditambahkan.
  6. Senyawa anorganik: Kebutuhan bakteri akan senyawa anorganik tidak banyak diketahui, tetapi unsur-unsur ini biasanya ditambahkan ke dalam medium, yaitu Na, Mg, K, Fe, S, dan P. Sedangkan unsur-unsur Cl, C, N, dan H biasanya sudah terdapat dalam zat anorganik penyusun medium.
  7. Senyawa yang dapat difermentasikan: Senyawa yang dapat difermentasikan ini biasanya merupakan suatu karbohidrat gula. Senyawa ini mempunyai dua fungsi dalam medium, yaitu sebagai sumber energi dan memberi reaksi yang membantu identifikasi (Harijoto dan Widjowati, 1977).
Penyimpanan Medium

Medium sebaiknya disimpan pada tempat yang bersih dengan udara kering yang penguapannya tidak berlebihan dan kemungkinan adanya bahaya kontaminasi telah dikurangi. Media cair bila disimpan dalam almari es atau suhu yang rendah dapat melarutkan udara dan bila diinkubasi pada 35°C, akan menimbulkan gelombang udara dalam tabung peragian. Karena itu harus dimasukkan ke dalam suhu 35°C terlebih dahulu selama satu malam sebelum digunakan dan tabung- tabung yang berisi udara tidak boleh dipakai (Harijoto dan Widjowati, 1977).

Perhitungan Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) /Most Probable Number (MPN ) Coli

Cara pemeriksaan secara bakteriologi dipergunakan untuk pemeriksaan air guna menentukan kualitasnya. Cara ini dimaksudkan untuk mengetahui derajat kontaminasi air oleh bahan buangan yang berasal dari manusia maupun hewan. Kuman golongan coli (coliform group) sudah lama digunakan sebagai indikator untuk mengetahui adanya pengotoran air. Reaksi dan pembenihan (kultur) dari golongan coli telah dipelajari secara luas. Percobaan-percobaan memperlihatkan pentingnya kepekaan dari golongan coli sebagai kriteria dari derajat pengotoran yang ditunjukkan oleh hasil pemeriksaan bakteriologi. Kemajuan-kemajuan dalam teknik pemeriksaan bakteriologi, meningkatkan pula kepekaan dari pemeriksaan golongan coli dengan cara peragian dengan tabung, sehingga cara ini dapat diterima sebagai metode standar. Hasil pemeriksaan golongan coli dengan sistem tabung dinyatakan dengan indeks MPN (Most Probable Number) atau JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat Kuman golongan coli). Indeks ini merupakan indeks dari jumlah kuman golongan coli yang paling mungkin, dan bukan perhitungan yang sesungguhnya. Walaupun begitu, hasil ini memberikan angka yang dapat digunakan untuk menunjukkan kualitas air (Widjowati dan Harijoto, 1977).

Pemeriksaan bakteriologi dengan metode MPN, terdiri dari presumtive test (test perkiraan) dan confirmative test (test penegasan). Media yang dapat dipergunakan untuk presumtive test yaitu lauryl trytose broth, Mac Conkey broth, tapi lactose broth merupakan media yang paling sering digunakan. Untuk confirmative test digunakan media Brilliant Green Lactose Bile Broth. Dalam metode MPN, ada dua ragam yang digunakan:
  • Ragam 1: Untuk spesimen yang sudah diolah atau kumannya diperkirakan rendah, digunakan ragam 10 x 10 ml, 1 x 1 ml, 1 x 0,1 ml.
  • Ragam 2: Untuk spesimen yang belum diolah atau rangka kumannya diperkirakan tinggi (misalnya air sumur, air sungai, mata air dan sebagainya, digunakan ragam 5 x 10 ml, 5 x 0,1 ml, mungkin dapat dilanjutkan dengan 5 x 0,01 ml (Anonim, 1995).
Pelaksanaan analisis dilakukan berdasarkan metode standar dari APHA (American Public Health Association) antara lain yaitu bahwa untuk mengetahui jumlah bakteri Coli umumnya digunakan tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama tabel JPT (Suriawiria, 1996).
 
berita unik