Menurut Husodo (2006), mengelola sampah adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meniadakan atau paling tidak memperkecil dampak sampah terhadap lingkungan, sehingga pencemaran lingkungan dapat dihindarkan. Pengelolaan sampah di perkotaan (urban solid waste management) di Indonesia terdiri dari dua sistem. Pertama sistem pengelolaan sampah secara formal yang di dalamnya meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
- Perwadahan sampah, yaitu cara menampung sementara sampah di tempat sampah secara individu di masing-masing rumah,
- Pemindahan sampah, yaitu tahap pemindahan sampah hasil pewadahan ke dalam tempat pengumpulan sampah di depan rumah ke alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan sementara (TPS) sampah,
- Pengangkutan sampah, yaitu tahap membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju tempat pembuangan sampah sementara (TPS) sampah, dan
- Pengolahan sampah, yaitu suatu upaya untuk mengurangi volume atau mengubah bentuk menjadi yang bermanfaat, antara lain dengan cara pembakaran, pengomposan (dengan tong komposter), pemadatan, penghancuran, pengeringan dan pendaurulangan.
Menurut Rahardyan (2006), pengelolaan sampah menjadi polemik berkelanjutan di masyarakat dalam masalah manajemen pengelolaan sampah yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan juga masalah tempat pembuangan sementara/akhir yang sudah tidak memadai untuk menampung sampah, terutama frekuensi pengangkutan sering terlambat karena kurangnya armada pengangkut sampah, sehingga menumpuk di tempat penampungan sementara di beberapa titik. Belum lagi daerah yang penduduknya padat dan jalan-jalan sempit belum dapat dijangkau oleh armada pengangkut sampah. Keadaan ini menyebabkan penduduk membuang sampah di sembarang tempat, seperti di sungai, tanah-tanah kosong, kebun, terutama sampah padat seperti kaleng-kaleng bekas, air mineral gelas plastik, dan sebagainya, yang dapat menampung air, sehingga berpotensi sebagai tempat berkembang biak nyamuk.
Di samping itu, dalam pengelolaan sampah rumah tangga masyarakat belum melakukan pemisahan jenis sampah (sampah organik dan anorganik), terutama sampah anorganik yang berpotensi sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti. Upaya pengelolaan sampah rumah tangga yang diterapkan oleh keluarga untuk mengendalikan tempat berkembangnya nyamuk Aedes aegypti menurut Agustian (2006) antara lain: sampah padat seperti kaleng, botol, ember, atau benda tak terpakai lainnya dibuang dan dikubur dalam tanah, peralatan rumah tangga (ember, mangkok dan alat penyimpanan tanaman) harus disimpan dalam kondisi terbalik. Pengisian pasir, tanah pada rongga pagar di sekeliling rumah, botol, kaca, kaleng dan wadah lainnya (batok kelapa, pelepah kakao) harus dilakukan dengan benar dan ban-ban bekas yang tidak digunakan harus dikumpulkan dan diletakkan dalam keadaan kering serta terlindung dari air hujan atau didaur ulang atau dibuang.
Pengelolaan sampah rumah tangga selama ini masih banyak yang bersifat tradisional. Seperti penggunaan bak sampah untuk sampah rumah tangga. Bak sampah ini biasanya dapat digunakan untuk membuang kotoran seperti daun, plastik atau kertas. Pembakaran kotoran dari sampah untuk bak yang dibuat dari kayu diambil lebih dahulu, kemudian dibakar di tempat lain. Sampah kompleks perumahan biasanya diambil dengan gerobak sampah/truk sampah dan dibuang ke tempat lain. Dapat juga dibuat dengan bahan yang lebih baik, bisa dari kayu bekas/batu bata atau bisa juga dari porselin. Bak dari kayu lebih sederhana tetapi kotoran tidak dapat dibakar, karena bak akan terbakar. Bak yang dari batu bata, kotorannya bisa dibakar. Agar kayu di bagian bawah tidak terkena rayap dapat dibuatkan kaki. Begitu pula pada bak batu bata, agar mudah memindahkan bak.
Menurut Santi (2005), pengelolaan sampah mempunyai pengaruh terhadap masyarakat dan lingkungan, yaitu: 1) pengaruh negatif, yaitu sampah bisa memberikan tempat tinggal bagi vektor penyakit, seperti serangga, tikus, cacing dan jamur. Oleh karena itu, menurut Suharjo (2002) pengelolaan sampah perlu dilakukan dengan benar, banyak vektor yang dapat menimbulkan penyakit antara lain: Insect borne disease. Lalat antara lain : (diare, kolera, tipus) nyamuk: (DHF/dengue hemorchange fever); Rodent borne disease pest, murine types.: vektor jamur, penyakit kulit dan kandidiasis, vektor cacing gelang dan cacing kremi, 2) aspek lingkungan, estetika lingkungan, penurunan kualitas udara dan pembuangan sampah ke badan air akan menyebabkan pencemaran air, dan 3) aspek sosial masyarakat: pengelolaan sampah yang kurang baik dapat mencerminkan status keadaan sosial masyarakat, keadaan lingkungan yang kurang saniter dan estetis akan menurunkan hasrat turis untuk berkunjung.
Menurut Handoyo (2003), sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga, sampah tersebut berupa: 1) Sampah basah, yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan organik, mudah membusuk, sebagian berupa sisa makanan, potongan hewan, hewan dan sayuran, 2) sampah kering, yaitu sampah yang terdiri dari logam seperti besi tua kaleng bekas dan sampah kering yang non logam, misalnya kertas, kayu, kaca, keramik, batu-batuan dan sisa kain, 3) Sampah lembut, misalnya sampah debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah, gedung, perajin kayu, dan abu yang berasal dari sisa peralatan dapur, dan 4) Sampah besar atau sampah yang terdiri dari gabungan sampah rumah tangga yang besar-besar seperti meja , kursi, kukas, TV, radio dan peralatan dapur.
Husodo (2006) menjelaskan bahwa jenis sampah dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu:
- Sampah organik mudah busuk (garbage). Sampah organik mudah busuk adalah limbah padat semi basah berupa bahan organik yang pada umumnya berasal dari pertanian atau makanan misalnya, kulit buah-buahan. Sampah jenis ini memiliki sifat mudah terurai karena mata rantai yang relatif pendek,
- Sampah organik tak busuk (rubbish), limbah padat organik yang cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme sehingga sulit membusuk. Resistensi disebabkan oleh sifat sampah yang memiliki mata rantai yang panjang dan kompleks. Contoh sampah ini adalah selulosa dan kertas plastik,
- Sampah abu (ashes),yaitu limbah padat yang berupa abu-abuan, seperti hasil pembakaran, sampah ini mudah terbawa angin karena ringan, tetapi tidak mudah busuk,
- Sampah bangkai binatang (death animal), yaitu limbah padat berupa binatang yang sudah mati, seperti tikus, ikan anjing, dan binatang ternak yang telah menjadi bangkai. Limbah ini relatif sedikit, akan tetapi jika terjadi bencana alam, misalnya gunung meletus, atau kekeringan yang mematikan binatang-binatang di sekitarnya, maka sampah ini menimbulkan masalah, karena mudah membusuk dan baunya sangat menusuk,
- Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan dan jalanan yang berisi berbagai jenis sampah yang tersebar di jalanan, seperti dedaunan, plastik dan kertas, dan
- Sampah industri (industrial waste), yaitu semua limbah padat buangan industri. Limbah ini sangat tergantung dari jenis industrinya. Semakin banyak industri yang berdiri, akan semakin banyak dan beragam limbahnya.
- Sampah dapat menyebabkan pencemaran udara, misalnya bau busuk, asap dan sebagainya. Kondisi tersebut mengakibatkan lingkungan sekitar permukaan menjadi tidak nyaman, sehingga secara tidak langsung akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Masyarakat akan mudah terserang penyakit, seperti sakit perut dan muntaber,
- Pencemaran air, Sampah juga dapat menimbulkan pencemaran air, permukaan air dan tanah karena pembusukan sampah oleh air hujan. Di samping itu, sampah dapat menyumbat saluran air dan got sehingga menimbulkan banjir. Kondisi tersebut mengakibatkan banyak sumber air untuk keperluan sehari-hari dalam suatu lingkungan pemukiman terkontaminasi dan mengakibatkan penurunan tingkat kesehatan penduduk,
- Menurunnya tingkat kesehatan penduduk, Dampak sampah terhadap penurunan tingkat kesehatan penduduk adalah tersebarnya jenis penyakit seperti penyakit kulit, perut, dan penyakit-penyakit lainnya. Dengan kata lain, semakin banyak tumpukan sampah di suatu tempat, akan semakin tinggi pula risiko masyarakat terkena gangguan penyakit-penyakit tertentu.
- Kecelakaan. Sampah, juga dapat menyebabkan kecelakaan misalnya terkena pecahan kaca, paku dan lain-lain. Selain itu dapat juga menyebabkan kebakaran, gangguan asap yang dapat mengganggu dan membahayakan arus lalu lintas dan,
- Penurunan keindahan. Sampah selain dapat menyebabkan pencemaran, penurunan kesehatan penduduk, dan kecelakaan, juga dapat mengganggu keindahan. Sampah yang tercecer dan tidak dibuang pada akan mengganggu keindahan tempat sekitarnya.
Menurut Mimien (2003), masalah sampah telah membawa akibat berantai bagi pencemaran lingkungan di Malang dan juga bagi kota-kota lain di Indonesia berupa :
- bau busuk yang mengganggu warga kota yang berada di dekat pembuangan sampah ,
- mempercepat atau menjadi sumber penularan penyakit atau hama-hama penyakit,
- tersumbatnya got-got dan aliran sungai yang pada musim hujan memperbesar bahaya banjir, dan
- merusak keindahan kota.
- tercemar dan tersumbatnya atau mendangkalnya saluran kota yang ada sehingga, akibatnya daya tampung saluran tersebut terbatas. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran sebagaian masyarakat kota itu sendiri akibat lingkungan dari sampah yang mereka hasilkan sendiri, dengan membuang sampah seenaknya,
- bertumpuknya sampah di suatu tempat akan mengganggu keindahan lingkungan, kesehatan lingkungan serta menimbulkan bau yang tidak sedap,
- merendahkan martabat masyarakat kota tersebut tentang kesehatan lingkungannya, dan
- bagi masyarakat kota itu sendiri, akan mudah terjangkit penyakit berkenaan dengan lalat-lalat yang beterbangan dari sampah ke makanan yang akan masuk lambung masyarakat sekitarnya.
Dampak sampah tersebut di atas juga dapat menimbulkan epidemi, yaitu penyebaran suatu penyakit secara cepat, sehingga dalam waktu yang bersamaan atau secara bergiliran banyak orang menderita penyakit yang sama. Bertolak dari permasalahan tersebut di atas, perlu langkah positif sedini mungkin untuk mencegah terjadinya epidemi, terutama yang ditimbulkan oleh sampah yang tidak dapat dikelola secara baik.