Taksonomi dan Morfologi Aedes Aegypti

Written By Lumajangtopic on Sunday, February 2, 2014 | 11:24 PM

Taksonomi dan Morfologi Perkembangan Telur, Jentik, Pupa, dan Dewasa pada Aedes Aegypti

Kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan termasuk dalam Fylum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Diptera, Family Culicidae, Genus Anophilini dan Spesies Aedes aegypti. Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes aegypti melalui 4 tahap, yaitu telur, jentik, pupa dan dewasa, sehingga termasuk metamorphosis sempurna (holometabola) (Soegijanto,2006).

Telur
Telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk elips atau oval memanjang, berwarna hitam dengan ukuran 0,5-0,8 mm, permukaan polygonal, tidak memiliki alat pelampung dan diletakkan satu per satu pada benda yang terapung atau pada dinding bagian dalam tempat penampungan air (TPA) yang berbatasan langsung dengan permukaan air.

Jentik (Jentik)
Jentik nyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Jentik ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis), dan jentik yang terbentuk berturut-turut disebut jentik instar I, II, III, dan IV. Jentik instar I tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas, dan corong pernapasan (siphon) belum menghitam. Jentik instar II bertambah besar ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas dan corong pernapasan sudah berwarna hitam. Jentik instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan perut (abdomen).

Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antena tanpa duri-duri, dan alat-alat mulut tipe pengunyah (chewing). Bagian dada tampak paling besar dan terdapat bulu-bulu yang simetris. Perut tersusun atas 8 ruas. Ruas perut ke-8, ada alat untuk bernapas yang disebut corong pernapasan. Corong pernapasan tanpa duri-duri, berwarna hitam dan ada seberkas bulu-bulu (tuft). Ruas ke-8 juga dilengkapi dengan seberkas bulu-bulu sikat (brush) di bagian ventral dan gigi – gigi sisir (comb) berjumlah 15-19 gigi yang tersusun dalam 1 baris. Gigi-gigi sisir dengan lekukan yang jelas membentuk gerigi. Jentik ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negative, dan waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan air (Soegijanto, 2006).

Pupa
Pupa nyamuk Aedes aegypti bentuk tubuhnya bengkok dengan bagian kepala-dada (cephalothorax) lebih besar dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca “ koma”. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat bernapas seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berbentuk jumbai panjang dan bulu di nomor 7 pada ruas perut ke-8 tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila dibandingkan dengan jentik. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air. Jika terganggu, pupa akan bergerak cepat untuk menyelam beberapa detik kemudian muncul kembali ke permukaan air (Hamzah, 2004).

Dewasa
Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian, yaitu kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk-pengisap (pierching-sucking) dan termasuk lebih menyukai manusia ( anthrop op hagus), sedangkan nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus).

Dada nyamuk tersusun dari 3 ruas, porothorax dan metathorax. Setiap ruas dada ada sepasang kaki yang terdiri dari paha (femur), betis (tibia), dan tamak (tarsus). Pada ruas-ruas kaki ada gelang-gelang putih, tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang putih. Pada bagian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda-noda hitam. Bagian punggung (mesotonum) ada gambaran garis-garis putih yang dapat dipakai untuk membedakan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Aedes aegypti berupa sepasang garis lengkung putih (lyre) pada tepinya dan sepasang garis submedian di tengahnya. Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas-ruas tersebut terdapat bintik-bintik putih. Waktu istirahat posisi nyamuk Aedes aegypti ini tubuhnya sejajar dengan bidang permukaan yang di hinggapi (Pratomo dan Rusdyanto, 2003).

Refference, antara lain:
Hamzah, M. 2004. Bionomik Aedes aegypti. Jurnal Kedokteran Kesehatan 3694; Hadi, U & Sigit, S. 2006. Hama Permukiman Indonesia Pengenalan Biologi&Pengendalian Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman (UKPHP). IPB; ratomo, H & Rusdiyanto, E. 2003. Studi Populasi Nyamuk DBD Dengue di Kelurahan Widomertani. Yogyakarta dalam jurnal Matematika Sains dan Teknologi; Soegijanto, S.. 2006. DBD Dengue Edisi 2. Airlangga University Press.Surabaya.
 
berita unik